Laman


Selasa, 01 Januari 2013

Makalah Guru Nanak


Guru Nanak dan Ajaran-ajarannya
Dosen Pembimbing Ibu Siti Nadhroh M.Ag


Makalah
Disusun untuk Memenuhi Syarat
Pada Mata Kuliah Hinduisme

Oleh:
Annisa Khalida (1111032100047)



JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2012
Pendahuluan
Pengaruh Islam dapat dilihat dari gerakan religious di India Utara dengan ciri monoteisme ketat, tanpa menghiraukan perbedaan kasta dan menolak pemujaan terhadap imaji (patung, gambar dsb.). sebagai contoh Kabir (abad ke-15) yang mengajarkan sebuah agama yang universal berdasarkan pada realisasi personal akan Tuhan yang tinggal dihati manusia. Kemudian, adalah Guru Nanak yang akan kita diskusikan pada makalah ini yaitu seorang yang mendirikan agama Sikh (1469-1538), yang berusaha menyelaraskan Islam dan Hinduisme.[1]
Permulaan Pengaruh Islam di India (712-1206); (93-602 H)
Dizaman pemerintahan khalifah-khalifah, mulai dari khalifah Abu Bakar, Umar dan keturunanya pengaruh Islam lambat laun bertambah luas. Dengan mencapai kemenangan-kemenangan yang gilang gemilang bangsa Arab dibawah panji Islam menaklukan negeri Palestina, Syria (Syam), Mesir, Afrika Utara, Spanyol, Irak dan Iran (Persia), sehingga pada tahun 75 H kerajaan dari keturunan-keturunan khalifah Umar telah berbatas di sebelah Timur dengan tanah India dan Tiongkok. Kemudian menyerahkan pemerintahan daerah-daerah disebelah Timur itu kepada emir-emirnya. Salah seorang emirnya bernama Muhammad ibn Kasim. Ditahun 712 atau 93 H ia disuruh oleh khalifah Walid II memerangi negeri Sindh, yaitu daerah sungai Indus, bagian India yang paling jauh disebelah barat dan ia menaklukan negeri itu juga. Itulah permulaan pengaruh bangsa Arab di India. Perhubungan dengan Iran bertambah rapat, baik yang mempergunakan jalan darat maupun yang melalui laut. Jadi perhubungan yang mula-mula diadakan oleh Iskandar Dzulkarnain, dizaman Islam bertambah teguh dan kekal sampai sekarang. Diantara tahun1000-1026 (390-417 H) Mahmud Ghazni seorang raja dari daerah Turki melakukan penyerangan ke-2 ke daerah Punjab, kemudian India kembali diserang oleh Muhammad Ghury, sultan inilah yang mengadakan penyerangan semata-mata untuk merebut seluruh negeri India. Waktu pemerintahannya ia menduduki daerah Punjab, Gujarat, Bihar, dan Benggala. Raja-raja Hindu mengadakan persekutuan yang kuat untuk melawannyan akan tetapi dalam dua kali penyerangan meraka dapat dikalahkan di Tarain dekat Delhi; suatu tempat yang menjadi pintu gerbang kelambah Gangga.[2]
Mengenal Sosok Guru Nanak Sebagai Pendiri Agama Sikh
Guru Nanak, pencipta agama Sikh, dilahirkan pada tanggal 15 april 1469 Masehi di Talwandi Rai Bhoi sekarang terkenal sebagai Nanakana Sahib di distrik sheikhupura di Punjab, kini diwilayah Pakistan Barat. Ayahnya Mehta Kalu, adalah seorang Hindu dari golongan Bedi keturunan kesatria dan ia bekerja sebagai akuntan desa pada Rai Bular, seorang Islam, tuan tanah setempat. Ia mempunyai sebidang tanah yang luas dan sejumlah ternak yang cukup banyak. Ibunya bernama Tripta dan kakak perempuannya Nanaki, yang berumur lima tahun lebih tua dari padanya. Dari sejak masa kanak-kanak Nanak terkenal sebagai seorang anak yang memiliki watak yang luar biasa, sangat condong ke arah pengabdian dan kebaktian. Pada umur tujuh tahun, Nanak dikirim ke sekolah dasar untuk menerima pelajaran mengenai Devanagri, sansekerta dan berhitung. Tapi segalanya ini tidak menyenangkan hatinya. Ia yang telah ditakdirkan untuk suatu panggilan lain, yaitu panggilan seorang pembentuk, telah memiliki visi yang luas, segala pelajaran yang diberikan oleh gurunya ia jawab sebelum diberikan, sehingga gurunya menjadi tercengang dan mengakui bahwa Nanak adalah seorang anak yang luarbiasa.[3]
Kemudian ia dikirim kepada seorang Brahmin untuk mempelajari buku-buku Veda dan Shastra, tetapi disini juga ia tidak belajar lama. Setelah sudah agak mahir dalam bahasa parsi, ia meninggalkan sekolah dan bergabung dengan orang-orang suci. Tindakan ini sangat menusuk hati ayahnya yang berusaha keras agar anaknya merobah pendiriannya dan menjadi seorang padagang.Guru Nanak selalu melawan adat istiadat kolot agama Hindu sehingga pada umur Sembilan tahun ketika ia hendak dikalungi benang keagamaan di lehernya pada upacara Yajnopayitam ia menolak dengan tegas dan meminta penjelasan akan guna benang tersebut. Setelah di jelaskan oleh pendita keluarganya  bahwa benang tersebut adalah lambang agama Hindu dan bahwa tanpa benang tersebut seorang Hindu dari kasta tinggi biasanya kehilangan hak-hak kekastaanya. Ia makin keras menolak dianugrahi benang tersebut. Ia banyak melakukan keajaiban-keajaiban untuk menyebarluaskan ajaran-ajaranya dan untuk membawa umat manusia yang sedang menderita sengsara kembali kepada jalan yang benar.[4]
 Kakaknya Nanaki dikawinkan dengan Jai Ram, sekretaris Daulat Khanlodi, Gubernur provinsi Punjab dengan ibukotanya di Sultanpurlodi. Jai Ram terkadang-kadang suka mengunjungi desa Rai Bular. Pada salah satu kunjungannya Rai Bular menjelaskan kepada Jai Ram betapa kejamnya Nanak diperlakukan oleh ayahnya dan mohon agar ia mencarikan pekerjaan untuk Nanak. Jai Ram menepati janjinya dan Nanak ditugaskan sebagai Modi atau pengawas Toko pada salah satu perusahaan Daulat Khanlodi pada akhir tahum 1487. Nanak menunaikan tugas dengan baik dan membawa penghasilan yang bagus. Tujuh bulan setelah ia bekerja pada Daulat Khanlodi itu, Nanak dikawinkan pada tahun 1488 dengan Sulakhani, putrid Mulchand dari Batala yang bekerja sebagai Patwari (akuntan desa) di Pokhoke-Randhwa di distrik Gurdaspur. Ia dikaruniai dua orang putra, Siri Chand dan Lakhmi Das yang masing-masing lahir pada tahun 1497. Pada tanggal 20 Agustus 1507 sebagaimana biasa pada suatu pagi sebelum fajar ia pergi untuk mandi dikali Ravi sesaat setelah mandi ia duduk bermeditasi dan pada waktu itulah mendengar panggilan tuhan agar ia mengabdikan hidupnya bagi kebaikan dunia, dengan menuntun manusia ke jalan yang benar menuju tuhan. Menurut cerita, pagi hari itu Nanak menyelam ke dalam air dan tidak muncul-muncul lagi. Hal tesebut dilaporkan kepada majikannya dan Nanak dituduh korupsi dalam dagang, yang tenyata sama sekali tidak benar setelah diperiksa pembukuannya. Selama masa penyelamannya ia dikatakan menghadap tuhan dan muncul kembali pada hari keempat setelah ia menyelam. Ia sekarang tidak lagi bekerja sebagai pengawas toko tetapi mengabdi kepada misi agung dari hidupnya, untuk menunjukan jalan yang benar kepada umat manusia yang sedang berbuat kesalahan-kesalahan besar dan penderitaan-penderitaan yang menekan. Teman-teman sekerjanya sangat menyayangkan keberhentiannya itu karena ia sangat disenangi mereka berkat efisiensi serta kejujurannya.[5]
Ia meninggalkan desanya dengan berjalan kaki untuk berkhotbah kepada rakyat. Sekarng ia bukan seorang Nanak lagi tetapi telah memperoleh peranan seorang Guru duniawi dan disebut sebagai Guru Nanak. Dengan mengatasi kesedihan istrinya dan berjanji untuk sewaktu-waktu mengunjungi kakaknya Nanaki ia memulai perjalanannya dengan ditemani oleh Mardana Bhai. Tempat pertama yang penting yang ia kunjungi adalah Sayyedpur di kota Eminabad di distrik Gujranwala. Ia membagi perjalanannya atas lima bagian, bagian yang memakan waktu kira-kira tiga pululh tahun untuk meluaskan daerah ajarannya. Ia mengelilingi seluruh India, Srilangka (menurut beberapa orang juga kepulauan Maladewa dan Lokadewa). Perjalanan-perjalanan itu meluas ke Assam dan Birma di Timur, Tibet, Turkistan dan Siberia Selatan di Utara, dan Afganistan, Iran, Arab Saudi dan Turki di Barat. Dalam perjalanannya ke Selatan ia memgunjungi pusat-pusat penting agama Hindu. Untuk menyampaikan fahamnya kepada umat manusia ia mengunjungi tempat-tempat suci pada waktu sedang dilangsungkan suatu upacara sembahyang. Demikianlah ke mana-mana ia pergi menyebarkan ajaran-ajarannya sehingga ia menarik banyak pengikut dan simpatisan-simpatisannya. Sesudah mengakhiri perjalananya ke Selatan, Timur, dan Utara, Guru Nanak kembali ke Punjab lagi dan dari sinilah mulai lagi perjalanannya kea rah Barat. Ia mengunjungi Lahore, Peshawar, Bagdad, Mekkah, Madinah, Jerusalam, Damaskus, Alleppo dan lain-lain tempat suci. Nanak merasa puas dengan menyebutkan dirinya sebagai seorang Guru dan tidak menuntut untuk dinamakan orang suci (divinity) atau penghubung tuhan. Ia tidak menyatakan tulisan-tulisannya ataupun ucapan-ucapannya dengan baju “ramalan” atau kesucian dari suatu “pesan”. Ajaran-ajaran Nanak adalah suatu perombakan terhadap segala sesuatu yang buruk dalam kehidupan masyarakat maupun agama pada jamanya.[6]
Masa pertengahan (1000-1800 M)
ciri utama masa ini menunjukan fakta bahwa Islam memberikan sebuah konteks mendasar bagi perkembangan Hinduisme sebagai teks. Pendukung Alberuni, Mahmud Ghazni memimpin tujuh belas serangan yang gemilang ke India dan mematahkan perlawanan orang-orang Hindu dengan mudah. Dia lebih tertarik untuk menghancurkan kota-kota daripada membangun kerajaan. Pada tahun 1192, penguasa utama Rajput di Utara dikalahkan dan dibunuh oleh Muhammad GHuri, pada tahun 1200, dinasti budak (slave dynasty) mendirikan aturan muslim di India Utara dan berakhir sampai 1858.[7]
Ditahun 1206 kuasanya sudah cukup diperkuatnya dan ia mengambil nama Sultan Delhi. Sebenarnya ia bukan keturunan raja, melainkan seorang hamba (budak) raja saja. Oleh sebab itu ia dan keturunanya disebut raja-raja keturunan hamba raja. Raja-raja itu memerintah kesultanan Delhi dari tahun 1206 sampai 1290; 602-689 H. Mereka itulah raja-raja Islam yang pertama dan merdeka di India. Kerajaan Delhi menjadi pokok kerajaan yang lebih luas lagi, yaitu kerajaan Moghul yang tegak berdiri hingga tahun 1857, kurang lebih 650 tahun.[8]
Kerajaan Moghul (1526-1857); (932-1275 H). Yang dipimpin dari Sultan Babar sampai pada kesultanan Aurangzib, pada pemerintahannya Aurangzib banyak berseteru dengan saudara-saudaranya begitu juga putera-puteranya yang masing-masing menuntut haknya untuk menjadi sultan. Salah seorang anaknya yang bernama Muazam memiliki kecakapan yang lebih dibanding saudara-saudaranya yang lain, sehingga ia dapat mengambil kerajaan ayahnya dan dinobatkan menjadi sultan dan mengambil nama sultan Bahadur Syah (1707-1712); (1119-1124 H). Ia bersekutu dengan bangsa Rajput. Kemudian pemerintahannya digoncang oleh pemberontakan kaum Sikh yang dipimpin oleh Guru Nanak.[9]
Hinduisme berkembang dengan baik, sampai kedatangan Islam, dalam mengakomodasikan, jika bukan menyerap semua tantangan dalam bentuk agresi dari luar  dan perpecahan dari dalam. Islam memberikan pengaruh ganda bagi Hinduisme, disatu pihak Islam menganjurkan perpindahan agama; dipihak lain, Islam lebih mendorong kecenderungan yang lebih agaliter dan monoteistik kepada kaum Hindu. Kemudian muncul tokoh-tokoh yang berusaha menjembatani jurang pemisah antara keduanya, seperti Kabir dan Guru Nanak.[10]
Memang ada interaksi antara Islam mistis dan Hinduisme, namun ajaran utama Hinduisme menarik diri ke dalam kerang pelindung; dan secara mendasar berada dalam cengkraman keputusan politik, sehingga berbalik ke arah penghiburan spiritual pada Tuhan. Hal ini terlihat dengan berkembangnya gaya hidup sebagai patapa atau pengunduran diri dari kehidupan duniawi. Kehidupan sanyasin menjadi semacam pelarian diri, seperti yang dilihat dengan jelas oleh guru Nanak. Pada sekitar abad ke-16, keekstreman Hinduisme terlihat jelas dalam karya-karya puisi devosional dengan kulaitas sensasional, yang gerakannya diwakili oleh Surdas, Tulsidas, Mirabai, dan lain-lain.[11]
Guru Nanak  pendiri agama Sikh, berada dalam kondisi spiritual yang sama dengan Kabir. Ia mungkin juga seorang muslim, meskipun tradisi Hindu dan Sikh sama-sama memandangnya sebagai seorang Hindu. Seperti Kabir ia mencari jalan untuk mengatasi perbedaan antara Islam dan Hinduisme dengan mempersatukan penganut Hindu dan Muslim atas dasar kebenaran-kebenaran spiritual utama yang menjadi milik bersama kedua agama ini. Ia juga mengutuk penyembahan terhadap berhala dan politeisme Hindu dengan berpegang teguh pada kehendak dan niat Allah yang mahakuasa dan mahatahu saja. Namun pendiriannya yang teguh ini tentang keunikan dan kemutlakan Allah didasarkan bukan pada tendensi Islam yang mengeklusifkan apa yang bukan menjadi kodrat dari Allah sendiri, melainkan lebih pada tendensi India kuno yang merangkum segala sesuatu dalam satu kesatuan yang lebih besar sambil mengakui dengan cara itu unsu-unsur yang berlawanan  sebagai unsur-unsur yang berhubungan dan saling melengkapi. Jalan hidup Sikhisme adalah untuk mencapai keselamatan melalui persatuan dengan Allah; pribadi Allah yang hidup dihadirkan melalui cinta. Persatuan dengan Allah adalah tujuan terakhir. Hidup tidak punya arti bila berpisah dari Allah. Sebagaimana Guru Nanak berkata,”Betapa ngeri perpisahan itu ketika terpisah dari Allah, dan betapa membahagiakan persatuan itu, ketika bersatu dengan Dia”.[12]
Asal Usul Agama Sikh
Agama Sikh berasal dari anak benua Indo-Pakistan, tepatnya wilayah bagian Punjab. Di tempat ini pula Ahmadiyah muncul pada pertengahan abad ke-19. Hingga sekarang daerah Punjab menjadi wilayah  kediaman sebagian besar pengikut agama Sikh dan Sikha, yang menurut catatan paling akhir  berjumlah sekitar 16 juta jiwa atau sekitar 2% dari seluruh penduduk India saat ini. Agama Sikh lahir bersamaan dan mulai berkembang bersamaan dengan waktunya dengan kelahiran agama Protestan di Eropa, yaitu di akhir abad ke-19 Masehi. Guru Nanak sendiri hanya empat belas tahun lebih tua dari pada Martin Luther. Pendiri agama Protestan itu. Motivasinya juga senada dengan kelahiran Protestan. Kalau Protestan lahir sebagai reaksi terhadap eksistensi dan kekuasaan gereja Katolik Roma di daratan Eropa, maka agma Sikh lahir sebagai reaksi terhadap agama Brahma atau Hinduisme. Memang, baik dari segi sosial dan politik, maupun dari segi pandangan  agama, agama Sikh sungguh-sungguh menentang pengaruh Brahmana dan sistem kasta yang diajarkannya. Mungkin pendapat yang menyatakan bahwa ia lebih dekat dengan Islam daripada Hinduisme itu ada benarnya.[13]
Ajaran-ajaran Guru Nanak (Ajaran Agama Sikh)
·         Tentang Tuhan Yang Maha Esa
Dalam ajarannya mengenai Tuhan Yang Maha Esa, Guru Nanak selalu menandaskan bahwa Tuhan adalah tunggal, yang Maha Esa. Ia tiada termanifestasikan dan juga termanifestasikan dalam segala hal, tidak terbatas, ia bertahta di mana-mana, termasuk di dalam tubuh dan jiwa manusia. Maka itu Guru Nanak mengajarkan bahwa, kalau orang ingin kebahagiaan dan menemui Tuhannya, carilah Ia dalam jiwa.
Menurutnya Tuhan adalah pencipta tetapi juga pemusnah. Ia adalah pemberi tetapi juga Ia adalh Peminta Kembali, kebesaran Tuhan tidaklah dapat dinyatakan dengan kata-kata manusia dan Ia tidak boleh dilupakan sekejap jua. Dan bila orang ingin menemuan kekayaan spiritual, orang harus mengikuti ajaran-ajaran tuhan.
Tiadalah terbatas kebajikan, rahmat, inspirasi, jangkauan, penglihatan, dan cipta Tuhan. Dan tidaklah ada bandingan-Nya kemurahan, penerimaan, pengampunan, dan perintahNya, sebab Tuhan adalah Kebenaran dan Kenyataan di masa lalu, di masa kini, dan masa yang akan datang.
Seperti beberapa Syair dibawah ini dari beberapa syairnya tentang Ke-Esaan Tuhan
*      Tuhan itu tunggal
Ia adalah Pencipta segala

*      Ia tanpa rasa takut apapun
Ia tiada mempunyai musuh
dan Ia tidak mengenal mati
Ia bebas dari inkarnasi[14]
·         Tentang Sabda Adalah Kata Tuhan
Menurut Guru Nanak, sabda adalah kata Tuhan. Orang dapat memiliki kekuatan suci dan mencapai status yang mulia dalam masyarakat, baik kini maupun nanti apbila dapat menyadari arti Sabda tersebut.
Guru Nanak menganjurkan agar tiap orang dapat menyatukan diri dengan Sabda untuk mengerti misteri hidup di dunia kini dan dunia kelak. Dan apabila seseorang telah menyatukan diri dengan sabda tersebut maka ia harus melaksanakan Sabda tersebut dan orang dapat menuntun orang lain, kesadarannya terangkat menuju kemanusiaan universal, terbebas dari duka dan derita dan lepas dari roda inkarnasi, menuju kelepasan dan kedamaian abadi.
Sabda dalam arti kata yang sebenarnya adalah kata Tuhan dengan menyebut Nama Tuhan. Sabda sebenarnya telah terucapkan. Dan Sabda mengungkapkan dirinya dalam seluruh cipta Tuhan, bergetar tiada terbatas, ke setiap penjuru, juga ke setiap hati sanubari manusia.[15]

·         Tentang Guru Adalah Penuntun Hidup Abadi
Dengan tuntunan seorang Guru yang arif-bijaksana, yang suci dan yang agung, pengabdian kepada Tuhan dapat diarahkan dengan tepat dan mencapai tujuannya, sebab Guru itu akan memperlihatkan tempat yang sebenarnya, akan membuka misteri alam semesta ini dan membawa kebahagiaan dan ketentraman ke dalam hati setiap penganut.
·         Tentang Praktek Spirituil (Sadhasana)
Bagi Guru Nanak, hidup spiritual adalah melaksanakan praktek spiritual dengan selalu tunduk kepada Sabda Tuhan melalui petuah-petuah dan ajaran-ajaran Guru. Tuhan adalah penuntun kalbu dan dengan Sabda-Nya orang harus mengendalikan jiwa dan pikirannya dan dengan petunjuk-petunjuk Guru orang akan diantar  menuju jalan 
Mendengarkan Sabda menurut Guru Nanak adalah mempraktekan Sabda tersebut. Dan mempraktekan Sabda adalah melaksanakan tugas hidup di dunia ini bagi kebajikan dan kebenaran. Tuhan adalah penuntun yang memimpin kita lewat SabdaNya (Satnam), lewat kongregasi para pendita (satsangat) dan lewat guru sejati (Satguru). berarti menumbuhkan persaudaraan universal, mendalami pengetahuan dan buku suci, mengampuni orang yang bertobat, melaksanakan kitan, mempraktekan perbuatan-perbuatan suci, sabar, sederhana, rela memberi, penuh kasih sayang, jujur, melawan
Melaksanakan tuntunan Tuhan ini adalah melaksankan praktek spiritual, praktek spiritual nafsu jahat, bekerja keras, berbuat kebajikan selalu, membela kebenaran.
Bagi Guru Nanak, penyiksaan diri sebagai praktek spiritual atau petapa yang membabi-buta atau menggunakan jubah agama berlebihan atau berbuat amal dan ibadah secara formil belaka, adalah hiporkrit yang tidak sesuai dengan sabda Tuhan. [16]
Kitab Suci Agama Sikh
Kepemimpinan guru yang menguasai kehidupan agama Sikh berakhir secara resmi dengan berakhirnya jabatan guru yang kesepuluh pada tahun 1708 sejak itu yang menjadi guru kaum Sikh adalah kitab sucinya, terutama Adi Granth, karena disamping kitab ini terdapat pula kitab suci yang kedua, yaitu Dasam Granth. Tersusunnya kedua kitab ini tidak bisa dipisahkan dari peranan guru-guru dalam agama tersebut.
A.    Adi Granth
kitab suci ini juga disebut Guru Granth Sahib, dan merupakan kitab yang disusun oleh guru yang kelima, Arjun, di Amritsar. Sebelumnya Guru Angarh, guru kedua, sudah berjasa memelopori penyusunan naskah Punjabi, Gumurkhi kedalamnya ia masukan himpunan syair-syair serta fatwa-fatwa Guru Nanak. Naskah ini menjadi embrio bagi kelahiran Adi Granth.
Tulisan-tulisan Adi Granth dapat digolongkan tiga macam, yaitu pertama, nyanyian-nyanyian suci yang disusun oleh guru-guru Sikh, yang terdiri dari 2218 syair, kedua, nyanyian yang berasal dari kaum mistik, baik bagi yang beragama Hindu maupun kaum Sufi, ketiga, pujian-pujian yang ditujukan terhadap guru Sikh, disusun oleh para penyair pengembara Sikh.[17]
B.     Dasam Granth
Kitab ini juga disebut dengan Dasvin Padshah ka Granth dan merupakan kumpulan tulisan Guru Govind Singh sendiri. Isinya dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu bagian mitologi; bagian yang bercorak filosofies, bagian yang berisi otobiografi; bagian yang ada sangkut pautnya dengan masalah hawa nafsu atau erotik.
Bagian  terbesar adalah mitologi, yaitu dongeng-dongeng yang diceritakan oleh Guru Govind Singh mengenai dewa-dewa dan dewi-dewi agama Hindu. Unsur yang memuat masalah-masalah yang bersifat folosofies adalah bagian yang terdiri dari karya-karya terkenal seperti Jap Sahib (tidak sama dengaan Jappi Guru Nanak) Akal Ustat, Gyian Probodh dan Sabad Hazare. Bagian yang berkenaan dengan riwayat hidup atau biografi termasuk kedalam Bichitra Natak dan Zafar Nama. Bagian yang berkenaan dengan uraian yang ada hubungannya dengan hawa nafsu atau erotic, yang biasa dibandingkan dengan Pakhyan Charits dan hikayat-hikayat, termasuk diantaranya adalah cerita-cerita yang diceritakan oleh Guru Goving Singh mengenai godaan-godaan kaum wanita serta penuh cerita-cerita yang sangat cabul.[18]
DASASILA AJARAN GURU NANAK
1.      Engkau harus percaya pada Tuhan yang Maha Esa.
2.      Engkau harus menghormati manusia sesamamu, baik laki-laki maupun wanita, dengan respek yang sejajar.
3.      Engkau harus mempunyai rasa peri-kemanusiaan yang luas da mendalam.
4.      Engkau harus memajukan watak pribadimu dengan perbuatan kebajikan yang mulia dan luhur.
5.      Engkau harus selalu ingat kepada Tuhan.
6.      Engkau tidak boleh buta akan kepercayaan.
7.      Engkau harus menolak perbedaan kasta.
8.      Engkau tidak boleh berjanji dengan mempergunakan bentuk dan adat istiadat agama.
9.      Engkau tidak boleh menyangkal kenyataan dunia ini.
10.  Engkau tidak boleh percaya dengan perantaraan seorang pemimpin rohani akan penyelamatan dirimu atas hukuman Tuhan.[19]
Penutup
Sesungguhnya Guru Nanak tidak memihak sama sekali antara agama Hindu atau umat Muslim, akan tetapi Guru Nanak memihak pada rakyat India yang terbelenggu dengan status kasta-kasta mereka, ia ingin membebaskan rakyat India dari belenggu tersebut. Karena baginya manusia sama dimata Tuhan. Juga sebagai protes keras terhadap kaum Brahma yang sangat otoriter pada waktu itu.



DAFTAR PUSTAKA
Ali, Matius. filsafat India ( sebuah pengantar HInduisme dan Buddhisme). Sanggar Luxor. 2010 cet.1.
Ali. Mukti, Agama-Agama Di Dunia. Jogjakarta:   IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988.
Molia. T. S. G, INDIA (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan). Balai Pustaka Jakarta. 1959 cet. 1
Koller, John M. filsafat Asia (judul asli: Asian Philosophies). Flores NTT Ledalero. 2010. Cet. 1.
Pendit,  Njoman S. Guru Nanak dan Agama Sikh. Jakarta:  Yayasan Sikh Gurdwara Mission. 1988 cet.2











[1] Matius Ali. “filsafat India ( sebuah pengantar HInduisme dan Buddhisme)”, Sanggar Luxor. 2010 cet.1 h.26 Dikutip dari buku; Jesuit Scholars, Religious Hinduism, hal. 27.
[2] T. S. G. Mulia “India” (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan) Balai Pustaka Jakarta, cet 1 h 50
[3] Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”, h.17
[4] Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”,h.18
[5] Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”, h.19
[6] Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”, Yayasan Sikh Gurdwara Mission. Jakarta 1988 cet.2 h.17-20
[7] Sharma, Arvind. “Hinduism” dalam Our Religion, h. 39
[8] T. S. G. Mulia “India” (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), h, 51
[9] T. S. G. Mulia “India” (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), h 79-80
[10] M. Ali. Filsafat India, hal. 23. Dikutip dari Buku; Sharma, Arvind. “Hinduism” dalam Our Religion, h. 39
[11] M. Ali. Filsafat India, hal. 24. Dikutip dari Buku; Sharma, Arvind. “Hinduism” dalam Our Religion, h. 39
[12] John M.Koller filsafat Asia (judul asli: Asian Philosophies). Ledalero. Flores NTT 2010. Cet. 1. hal. 235-236
[13] H. A. Mukti Ali. Agama-Agama Di Dunia. IAIN Sunan Kalijaga Press. Jogjakarta 1988. Cet. 1. hal. 185
[14] Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”, hal 64
[15]Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”, h 66
[16] Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”, hal 65-87
[17] H. A. MUkti Ali “Agama-agama Dunia” hal.206
[18] H. A. MUkti Ali “Agama-agama Dunia” hal.206-207
[19] Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”, hal 90

Tidak ada komentar:

Posting Komentar